Minggu, 22 Mei 2016

Review : THE GHOST DIMENSION (2015)



JUDUL : PARANORMAL ACTIVITY 5
TAHUN : 2015
GENRE : HOROR
CAST : Olivia Taylor Dudley, Chloe Csengery, Maria Olsen, Brit Shaw, Ivy George, Nathan Brewer, Aiden Lovekamp, Michael Krawic, Chris J. Murray, Jessica Tyler Brown 

The Ghost Dimension melanjutkan langsung kisah dari film ketiga dimana film dibuka dengan adegan saat Kristi dan Katie melihat Dennis tewas
mengenaskan. Faktanya, video-video yang ditonton Ryan dan Mike menampilkan keduanya yang tampak sedang melakukan suatu ritual bersama seorang pria misterius. 


Masih mengenai keluarga yang rumahnya dihantui, kali ini keluarga yang ketiban sial adalah keluarga Fleege: sang ayah Ryan (Chris J. Murray), ibu Emily (Brit Shaw) dan seorang anak perempuan berusia 7 tahun Leila (Ivy George). Mereka baru saja pindah ke rumah baru bersama dengan saudaranya Ryan, Mike (Dan Gill) serta seorang wanita seksi bernama Skylar (Olivia Taylor Dudley) yang entah siapa namun saya asumsikan merupakan temannya Emily.


Keanehan dimulai saat Ryan menemukan sebuah kamera jadul beserta beberapa video home-made. Kamera ini mempunyai konstruksi yang berbeda dengan kamera konvensional, yang membuat Ryan (dan penonton, tentunya) bisa melihat peristiwa paranormal. Awalnya hanya dianggap sebagai error, namun lama kelamaan mereka menyadari bahwa wujud berbentuk cairan hitam yang bisa melayang — terdengar aneh memang, saya agak kesulitan menggambarkannya dengan gamblang karena memang tak ditampilkan begitu jelas — ini adalah teror dari makhluk gaib. 


Situasi menjadi semakin kacau saat Leila mulai berbicara dengan teman imajiner-nya yang bernama Toby dan melakukan tindakan-tindakan aneh seperti merobek-robek Injil. Jika anda adalah penonton seri Paranormal Activity, anda tentu sudah pernah mendengar tentang Toby bukan?

  Jason Pagan, Andrew Deutschman, Adam Robitel, Gavin Hefferman, dan Brantley Aufill yang keroyokan menulis naskah menggantikan veteran Christopher Landonmenggampangkan semua plot point yang menimbulkan inkoherensi. Belum lagi kemiripannya dengan 2 film horor klasik. Bagi yang sudah menantikan penyelesaian yang benar-benar signifikan, anda akan pulang dengan tangan hampa, karena alih-alih resolusi final, ending film malah ngegantung yang pada dasarnya sama persis dengan film-film sebelumnya


Sutradara Gregory Plotkin menggantungkan filmnya pada JUMP-SCARES (yang sayangnya gampang diprediksi dan tak begitu menakutkan) serta suara yang menggelegar untuk menambal narasi yang tipis. Selain memperlihatkan furnitur yang terlempar ke arah anda, tak banyak kelebihan dari format 3D-nya yang hanya akan membuat adegan yang sebagian besar disorot dalam gelap, semakin tak jelas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar